KEWIRAUSAHAAN
KELOMPOK
TULIP
Nama
Kelompok:
ALYA
KHAIRUNISSA N (50214916)
AYU
REGITA ANDINI (51214887)
ERIN
NUR AISAH (53214610)
Kelas:
2DF01
SOAL
1. Bagaimana menurut anda mengenai pengertian dan konsep
dari seorang wirausahawan?
2. Bagaimana mengenai pengertian dan konsep karakter
wirausaha di Indonesia dan Mancanegara? Berikan contoh!
3. Jelaskan kondisi wirausaha dimasyarakat!
Jawab
1. Wirausahawan
adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang
dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta
memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam
dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan.
Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha
dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain,
wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang
tinggi dalam hidupnya.
Konsep Kewirausahaan Sampai
saat ini konsep kewirausahaan masih terus berkembang. Kewirausahan adalah suatu
sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat
bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap
mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan
bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan
usahanya. Seseorang yang memiliki karakter wirausaha selalu tidak puas dengan
apa yang telah dicapainya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan
peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan
kehidupannya.
2.
Wirausaha merupakan pelaku dari kewirausahaan, yaitu orang
yang memiliki kreativitas dan inovatif sehingga mampu menggali dan menemukan
peluang dan mewujudkan menjadi usaha yang menghasilkan nilai/laba. Kegiatan
menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi usaha yang menghasilkan disebut
proses kewirausahaan. Kegiatan wirausaha adalah menciptakan barang jasa baru,
proses produksi baru, organisasi (manajemen) baru, bahan baku baru, pasar baru.
Hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan wirausaha tersebut menciptakan nilai atau
kemampu labaan bagi perusahaan.
Karakteristik
wirausaha Indonesia
Para ahli mengemukakan karakteristik
kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda. Geoffrey G. Meredith (1996 :
5-6), misalnya, mengemukakan cirri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut
:
Karakteristik
|
Watak
|
Percaya
diri dan optimis
|
Memiliki
kepercayaan diri yang kuat, ketidaktergantungan terhadap orang lain dan
individualistis.
|
Berorientasi
pada tugas dan hasil
|
Kebutuhan
untuk berprestasi, berorientasi laba, mempnyai dorongan kuat, energik, tekun
dan tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif.
|
Berani
mengambil resiko & menyukai tantangan
|
Mampu
mengambil resiko yang wajar.
|
Kepemimpinan
|
Berjiwa
kepemimpinan mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap kritik
dan saran.
|
Keorisinalan
|
Inovatif,
kreatif dan fleksibel.
|
Berorientasi
pada masa depan
|
Memiliki
visi dan perspektif terhadap masa depan.
|
Sumber
: Geoffrey G.Meredith, et al. Kewirausahaan
:Teori dan Praktik Ed.5.hal. 5-6
|
Ahli lain, seperti M. Scarborough
dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7) mengemukakan delapan karakteristik kewirausahaan
sebagai berikut :
1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab
atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan
selalu mawas diri.
2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang
moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah maupun
yang terlalu tinggi.
3) Confidence in their ability to
success, yaitu memiliki
kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.
4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik
dengan segera.
5) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja
keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6) Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki
perspektif dan wawasan jauh ke depan.
7) Skill at organizing, memiliki keterampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8) Value of achievement over money, lebih menghargai prestasi daripada
uang.
Perkembangan Wirausaha di Indonesia
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar (Wahyu
Daniel – detikfinance) mengatakan, “ Pemerintah terus mengembangkan
program wirausaha produktif untuk melatih pengangguran mulai dari lulusan SD
sampai sarjana. Untuk mencapai jumlah ideal, kita masih butuh tambahan sekitar
4,18 juta wirausaha, sehingga target ideal jumlah wirausaha sebanyak 4,75 juta
wirausaha dapat tercapai dalam waktu tidak terlalu lama.
Sasaran kelompok masyarakat yang menjadi calon grup
kewirausahaan adalah penganggur/masyarakat miskin di pedesaan, penganggur
terdidik di perkotaan, calon TKI, TKI dan formal dan transmigran/calon
transmigran. Di tingkat nasional, pemerintah telah menyepakati naskah
Kesepakatan bersama 5 Kementerian untuk bersinergi dalam perluasan kesempatan
kerja dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja melalui kewirausahaan.
Kesepakatan lintas kementerian ini melibatkan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Koperasi dan UKM, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga.”
"Jumlah wirausaha di Indonesia masih perlu digenjot
karena dianggap masih sangat rendah sehingga tidak dapat mendukung tumbuhnya
perekonomian di Indonesia,"kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Syarifuddin Hasan saat berkunjung di Sulawesi Barat, Sabtu (26/2/2011).
Ia mengatakan, jumlah wirausaha di Indonesia hanya
sekitar 0,24 persen dari jumlah penduduk di Indonesia yang jsekitar 238 juta
jiwa. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan jumlah wirausaha di beberapa
negara luar yang tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi. Pemerintah
Indonesia menyadari bahwa dalam kegiatan Kewirausahaan di Indonesia akan
meningkatkan efesiensi ekonomi. Melihat perbandingan jumlah wirausaha di negara
maju dengan jumlah wirausaha di Indonesia, maka wajar jika ekonomi di Indonesia
juga masih melambat.
Oleh karena itu, ia mengatakan, Pemerintah Indonesia
sedang berfokus meningkatkan jumlah wirausaha agar dapat berperan dalam
mendukung ekonomi negara agar lebih maju pada masa mendatang. " Generasi
muda di semua daerah harus mengembangkan sektor kewirausahaan dengan mendorong
mereka menjadi pengusaha dan mendapat dukungan pemerintah," katanya. Ia
mengatakan, masyarakat di Indonesia harus diubah agar tidak lagi menjadi
pencari kerja, tetapi menyediakan lapangan kerja melalui kreasi dan kreativitas
yang bermanfaat bagi ekonomi negara. Menurut dia, pemerintah juga akan
mendukung program pengembangan kewirausahaan dengan memberikan bantuan modal
kepada pelaku usaha, seperti kredit usaha rakyat melalui perbankan.
Perkembangan Wirausaha
Diluar Negeri
Berbeda dengan keadaan Indonesia, jumlah wirausaha di
luar negeri, seperti Amerika Serikat yang merupakan negara maju di dunia,
mencapai sekitar 11 persen. Jumlah wirausaha di Singapura juga tinggi, mencapai
7 persen, dan di Malaysia mencapai 5 persen.
Hal ini dikarenakan kewirausahaan sesuai dengan keinginan
gaya hidup orang Amerika yang menyukai kebebasan dan kemandirian yaitu ingin
bebas memilih tempat mereka tinggal dan jam kerja yang mereka sukai. Meskipun
keamanan keuangan tetap merupakan sasaran penting bagi hampir semua
wirausahawan, tetapi banyak prioritas lain seperti lebih banyak waktu untuk
keluarga dan teman, lebih banyak waktu senggang dan lebih besar kemampuan
mengendalikan stress hubungan dengan kerja. Di luar negeri banyak
universitas mempunyai suatu program khusus dalammempelajari bidang
kewirausahaan, sehingga ada suatu embrio young entrepreneur. Perananperguruan
tinggi hanya sekedar menjadi fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan
danpenyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai
motivasi kuat,keberanian, kemampuan serta karakter pendukung dalam mendirikan
bisnis baru. Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi sarjananya menjadi
wirausahawanmuda sangatlah penting. Hal ini dilihat dari beberapa pembahasan
bidang kewirausahaan yangtelah dikemukakan diatas. Masalahnya adalah bagaimana
pihak perguruan tinggi mampumelakukan peranannya dengan benar dan mampu
menghasilkan sarjana yang siap berwirausaha.Peranan pihak perguruan tinggi
dalam menyediakan suatu wadah yang memberikan kesempatan memulai usaha sejak
masa kuliah sangatlah penting, sesuai dengan pendapat Thomas Zimmererbahwa
memulai bisnis, bisa pada saat masa kuliah berjalan, akan tetapi yang lebih
penting adalahbagaimana peranan perguruang tinggi dalam hal memotivasi
mahasiswanya untuk tergabungdalam wadah tersebut. Karena tanpa memberikan
gambaran secara jelas apa saja manfaatberwirausaha, maka besar kemungkinan para
mahasiswa tidak ada yang termotivasi untukmemperdalam keterampilan
berbisnisnya. Oleh karena itu, pihak perguruan tinggi juga perlu mengetahui
faktor yang palingdominan memotivasi mahasiswa dalam berwirausaha. Hasil
penelitian mengatakan bahwa ada 3faktor paling dominan dalam memotivasi sarjana
menjadi wirausahawan yaitu faktorkesempatan, faktor kebebasan, faktor kepuasan
hidup. Ketiga faktor itulah yang membuat mereka menjadi wirausahawan.
Sedangkan di Indonesia, jika dibandingkan, kurikulum
kewirausahaan di perguruan tinggi Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan
universitas-universitas terkemuka di Kanada, Amerika, dan Jepang. Di Jepang,
misalnya, hasil kreasi mahasiswa tentang suatu produk dikembangkan dan didorong
oleh penyelenggara perguruan tinggi dengan menghubungkannya pada lembaga
keuangan (modal ventura) serta pasar yang akan menerima produk tersebut. Di
Indonesia sebetulnya banyak mahasiswa yang menghasilkan inovasi baru, tapi
sayangnya inovasi tersebut tidak berlanjut menjadi suatu produk atau jasa yang
dapat dipasarkan dengan baik. Ini suatu indikasi belum adanya integrated
link serta belum adanya jiwa dan semangat entrepreneurship pada
penyelenggara perguruan tinggi.
Contoh
wirausahawan di Indonesia dan Mancanegara
Indonesia
Meity Amelia
Berawal dari hobi, Meity
Amelia sukses sebagai pengusaha bakery dan cake. Ikuti perjalanan hidupnya. Meity
Amelia lahir di kota kecil di Gorontalo, 50 tahun lalu. Waktu itu daerahnya
sepi dan tidak banyak orang yang menjual makanan. Setiap sore, Sang Mama selalu
membut kue-kue untuk kedua anaknya. Awalnya ia hanya bisa melihat dan membantu
mengambilkan alat atau bahannya saja. Tapi lama-kelamaan, ia ikut mengaduk
adonan, mencetak dan membakar atau menggorengnya.
Karena seringnya membantu,
sejak masuk sekolah dasar (SD), ia sudah bisa membuat puding dan roti goreng
sendiri. “Rasanya puas bisa membuat roti goreng sendiri dan dinikmati sendiri,”
jelas Meity. Jadi ketika teman-teman sebayanya senang bermain-main di luar
rumah, ia berada di dapur membantu mamanya memasak atau membuat kue sendiri.
Selain belajar membuat aneka
cake dan masakan, ia juga sudah diajari bisnis oleh orang tuanya. Ketika
menginjak kelas 3 SD, ia sudah berani menjual permen dari gula merah di
sekolahnya. Karena rasanya enak dan murah, dagangannya selalu habis dibeli
teman-temannya. ”Permen gula merah saya buat sendiri, jadi keuntungannya jadi
lebih besar,” jelas ibu 6 anak ini.
Keahlian membuat cake makin
bertambah ketika ia menginjak sekolah menengah pertama (SMP). Ia suka membeli
majalah atau buku tentang resep dan masakan. Tidak hanya dibaca saja, tetapi ia
juga senang mempraktikannya di rumah. Hasilnya, ia sering sekali menghadiahi
teman-teman atau ponakan dengan tart. ”Kalau pas ada perayaan atau ada teman
atau keponakan ulang tahun, saya sering memberi hadiah kue atau tart buatan
sendiri,” jelas istri Suryo Hadisantoso ini. Ia juga pernah membantu usaha
kakak iparnya membuat kue kering.
Proses belajar yang panjang,
serta pengalaman yang banyak membuat kue dan cake, ternyata sangat berguna
ketika ia menjalankan bisnis cake di Jakarta. Tahun 1993, ia membuka Grandville
Island, Bakery dan Cake Shop di komplek pertokoan Greenville, Jakarta Barat.
Waktu itu modalnya hanya 1 mikser kecil, 1 oven biasa, 1 meja dan 1 lemari
pendingin. Perlahan tapi pasti, ia mulai mendapatkan pelanggan. ”Motto kami
adalah kualitas di atas kuantitas,” jelasnya. Untuk itu ia benar-benar
memperhatikan kualitas bahan, penampilan, dan rasa.
Kelebihan dari cake atau kue
buatannya adalah ia selalu memperhatian detail dan membuatnya lebih artistis.
Kalau pelukis menuangkan ide atau gagasannya melalui kain atau kertas, Meity
menuangkannya lewat cake atau kue yang ia buat. ”Saya selalu berusaha membuat
cake atau kue menjadi lebih cantik dan indah,” jelas Meity yang memang jago
menghias cake ini.
Karena makin lama pesanan
makin banyak, ia mengambil karyawan untuk membantunya. Sekarang ini ia dibantu
13 karyawan. ”Tapi kalau mendekati Lebaran, Natal atau hari raya lainnya, saya
bisa dibantu 30 karyawan,” jelas Meity yang sampai sekarang masih rajin ikut
kursus membuat cake dan kue. Baginya, belajar merupakan keharusan jika ingin
produknya terus didatangi pelanggan.
Selain kue kering, ia juga
menerima pesanan aneka tart untuk segala keperluan, aneka snack, dan roti.
Lebih dari 60 jenis cake yang ia produksi antara lain: blackforest, tiramisu,
havana cake, sultana butter, caramel nut, cruncy drop’s dan masih banyak lagi.
Beberapa pejabat dan artis pernah merasakan kelezatan cake buatannya. ”Taufik
Hidayat pernah pesan tart untuk ulang tahun anaknya,” jelas Bendahara Asosiasi
Bakery Indonesia ini.
Ada beberapa tips untuk
mereka yang ingin memulai usaha makanan. Pertama, kerjakan dengan kesungguhan
hati dan ikhlas. Jangan pernah menggerutu dengan apa yang ia kerjakan. Kedua,
jangan malas belajar entah dengan mengikuti kursus atau membaca buku. ”Ketiga,
terus jaga kualitas dan selalu buat inovasi baru,” tegas Meity.
Mancanegara
Akio Morita ( Sony Corporation )
Akio Morita adalah pendiri
perusahaan raksasa Sony Corporation. Beliau lahir pada tanggal 26 Januari 1921,
di kota Nagoya, dari sebuah keluarga pembuat sake (bir khas jepang). Keluarga
Morita telah menggeluti pembuatan bir sake selama hampir 400 tahun di kota
Tokoname, dekat Nagoya. Di bawah asuhan ketat ayahnya, Kyuzaemon, Akio sedang
dipersiapkan untuk menjadi pewaris bisnis keluarga. Sebagai mahasiswa, Akio
sering duduk pada rapat perusahaan dengan ayahnya dan ia akan membantu bisnis
keluarga bahkan pada liburan sekolah.
Keluarga yang Morita pada
masa itu telah mengenal gaya hidup ala budaya Barat, seperti mobil dan fonograf
listrik. Setiap kali ia dibebaskan dari tugas-tugas rumah tangga, Akio muda
menjadi asyik membongkar gramofon dan menyusunnya kembali. Dari usia dini, Akio
gemar mengutak-atik peralatan elektronik, dan matematika
dan fisika adalah mata pelajaran kesukaannya selama SD dan SMP hari. Setelah
lulus dari Sekolah
Tinggi, ia memasuki Departemen Fisika di Osaka Imperial University. Selama
waktu itu, Jepang berada di tengah-tengah Perang Pasifik.
Pada
tahun 1944, Akio, yang telah menjadi letnan Angkatan Laut setelah lulus dari
universitas tahun itu, bertemu dengan Masaru Ibuka dalam Angkatan Laut Wartime
Research Committee. Ketika ia kembali ke rumah keluarga di Nagoya setelah perang,
Morita diundang untuk bergabung dengan fakultas Tokyo Institute of Technology
oleh salah satu profesor. Morita mengemasi barang-barangnya dan bersiap-siap
berangkat ke Tokyo, ketika sebuah artikel tentang laboratorium penelitian
didirikan oleh Ibuka muncul di sebuah kolom surat kabar Asahi disebut, “Blue
Pensil.” Dengan berakhirnya perang, Ibuka telah mendirikan Institut Penelitian
Telekomunikasi Tokyo untuk memulai sebuah awal yang baru. Setelah membaca
artikel ini, Morita mengunjungi Ibuka di Tokyo dan mereka memutuskan untuk
mendirikan sebuah perusahaan baru bersama-sama. Pada tanggal 7 Mei 1946, Ibuka
dan Morita mendirikan Tokyo Tsushin Kogyo KK (Tokyo Telecommunications
Engineering Corporation) dengan sekitar 20 karyawan dan modal awal 190.000 ¥.
Pada waktu itu, Ibuka telah berumur 38 tahun dan Morita 25 tahun. Selama
kemitraan mereka yang panjang, mengabdikan Ibuka teknologi energi untuk
penelitian dan pengembangan produk, sementara Morita berperan penting dalam
memimpin Sony dalam bidang pemasaran, globalisasi, keuangan dan sumber daya
manusia. Morita juga mempelopori Sony masuk ke dalam bisnis perangkat lunak,
dan ia memberikan kontribusi kepada keseluruhan manajemen perusahaan. Dorongan
perusahaan untuk mengembangkan usahanya secara global terlihat dalam keputusan
untuk mengubah nama perusahaan ke Sony pada tahun 1958, suatu keputusan yang
tidak diterima dengan baik baik di dalam atau di luar perusahaan karena Tsushin
Tokyo Kogyo sudah dikenal secara luas. Untuk mengatasi pandangan seperti itu, Morita
menekankan itu perlu untuk mengubah nama perusahaan untuk sesuatu yang lebih
mudah untuk diucapkan dan diingat, agar perusahaan untuk tumbuh dan
meningkatkan kehadiran global. Selain itu, Morita perusahaan beralasan bahwa
suatu hari nanti bisa berkembang menjadi produk selain elektronik dan nama
Tsushin Tokyo Kogyo akan tidak lagi sesuai. Oleh karena itu, ia mengubah
namanya menjadi Sony Corporation dan memutuskan untuk menulis ‘Sony’ dalam
katakana alfabet (alfabet Jepang yang biasanya digunakan untuk menulis
nama-nama asing), sesuatu yang tidak pernah terdengar pada saat itu. Pada tahun
1960, Sony Corporation of America didirikan di Amerika Serikat. Morita
memutuskan untuk pindah ke AS bersama keluarganya dan memimpin dalam
menciptakan saluran penjualan baru untuk perusahaan. Dia percaya bahwa Sony
harus mengembangkan saluran penjualan langsung sendiri, bukan mengandalkan
dealer lokal.
3. KONDISI WIRAUSAHA DI MASYARAKAT
Di dunia,negara-negara biasa terbagi menjadi negara maju, atau negara
berkembang. Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar
hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata.
Contoh-contoh negara yang bisa dikatakan sebagai negara maju antara lain,
Amerika Serikat, Hong Kong, Belanda, Portugal, Spanyol dan masih banyak lagi.
Sedangkan Negara berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan
yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indek perkembangan
manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global.