Selasa, 20 Oktober 2015

KEWIRAUSAHAAN-5 WIRAUSAHAWAN dan Latar Belakang



KEWIRAUSAHAAN




KELOMPOK TULIP

Nama Kelompok:

ALYA KHAIRUNISSA N (50214916)
AYU REGITA ANDINI (51214887)
ERIN NUR AISAH (53214610)

Kelas: 2DF01





5 Wirausahawan dan Latar Belakangnya

1. Chairul Tanjung-Bank Mega
Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962 yang dilahirkan di jakarta dengan keluarga yang cukup berada.
Ayahnya A.G. Tanjung adalah seorang wartawan pada jaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Keluarga Chairul terdiri dari enam bersaudara dan ketika di masa order baru, usaha ayahnya dipaksa tutup yang dikarenakan berseberangan secara politi dengan penguasa saat itu.
Dengan keadaan tersebut maka orangtuanya menjual rumah dan akhirnya berpindah tinggal di kaman losmen yang sempit.
Chairul merupakan pengusaha asal indonesia yang namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dia pimpin. Chairul Tanjung telah memulai bisnisnya ketika ia kuliah dari jursan kedokteran gigi universitas indoneisa. Dia sempat mengalami jatuh bangun dan akhirnya aia sukses membangun bisnisnya.
Perusahaan konglomersi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis yang membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega.
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, Chairul Tanjung masuk Universitas Indonesia dengan Jurusan Kedokteran Gigi dan lulus pada tahun 1987. Saat kuliah inilah ia mulai merintis serta masuk ke dalam dunia bisnis dan ketika kuliah juga ia mendapatkan penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan tingkat Nasional pada tahun 1984 -1985.
Untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya, ia memulai bisnisnya dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lain-lain di kampusnya. Dia juga membuka usaha fotocopy di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di Senen Raya, Jakarta Pusat tetapi ia mengalami kebangkrutan.
Selepas kuliah, Chairul mendiriakan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada tahun 1987 dengan modal awal Rp. 150 juta dari Bank Exim. Mereka memproduksi berbagai macam sepatu anak-anak untuk diekspor dan keberuntungan kali ini berpihak kepadanya. Perusahaan tersebut langsung mendapatkan pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia, tetapi karena peredaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul lebih memilih untuk pisah dan mendirikan usahanya sendiri.
Dengan kepiawaiannya, ia membangun jaringan bisnis baru dan membuat bisnisnya semakin berkembang dengan mengarahkan usahanya ke konglomerasi. Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisanis inti yaitu keuangan, properti dan multimedia.
Di bidang keuangan, dia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega. Dia menamakan perusahaan tersebut dengan nama Para Group.
Perusahaan konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holindo sebagai father holding company yang membawahi beberapa sub-holding, yaitu Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (Media dan Investasi) dan Para Inti Propertindo (Properti).
Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan adalah suatu hal yang sangatlah penting serta memiliki rekanan atau partner dengan baik sangatlah diperluakan. Membangun relasi pn bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun.
Bagi Chairul, suatu pertaman yang baik akan membantu proses berkembangnya bisnis yang sedang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus atau sepi akan pelanggan, maka jejaring bisa diandalkan dan bagi Chairul suatu pertaman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting.
Menurut Chairul, modal memanglah sangat penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis dan baginya kemauan serta kerja keras hars dimiliki seorang yang ingin sukses berbisnis. Namun mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya dan baginya membangun suatu kepercayaan sama halnya dengan membangun intergritas dan disinilah pentingnya berjejaring (networking) dalam menjalankan bisnis.
Dalam bisnis, chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis sudah seharusnya untuk bersabar dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurut chairul, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikan telapak tangan, sangat dibutuhkan kesabaran dan rasa jangan putus asa. Karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kuncin utama dalam mencuri hati pasar dan membangun integritas adalah hal penting bagi Chairul Tanjung.



2. Gibran Rakabuming raka-Catering & W.O

·        Tertarik Bisnis Katering

Setelah Gibran lulus kuliah, Jokowi menginginkan putra sulungnya untuk melanjutkan bisnis keluarga yang sudah lama dirintis yakni bisnis mebel. Namun, permintaan Jokowi tersebut mendapat penolakan dari putranya karena lebih menginginkan untuk terjun di bidang kuliner. Menurut Gibran, dirinya lebih tertarik untuk mengembangkan bisnis katering dan wedding organizer daripada melanjutkan usaha keluarga di bidang mebel.

Ide Gibran untuk mengembangkan bisnis katering ternyata tidak pernah ditanggapi ayahnya. Jokowi terus saja mendesak Gibran untuk meneruskan usaha keluarga di bidang mebel. Gibran bersikeras tidak memiliki ketertarikan di bidang mebel dan teguh pada pendiriannya untuk tetap mengembangkan bisnis katering. Keyakinan Gibran untuk bisnis katering tidak asal-asalan karena dia melihat besarnya potensi mendirikan bisnis katering di kota Solo.

·         Mengatur Kecepatan Penyajian

Menurut Gibran, kunci bisnis katering di Solo dengan budaya piring terbang adalah kecepatan. Oleh karena itu, dirinya pun menyiapkan jumlah personel yang memadai untuk melayani para tamu. Pasalnya, di Solo banyak kejadian desert (makanan penutup) belum keluar, tamu sudah pulang. Sebab, orang Solo itu yang penting ada nasi, ada es, langsung pulang. Jadi, intinya harus lebih cepat untuk mengeluarkan makanannya.

Untuk menyiasati keterlambatan penyajian makanan, Gibran pun harus bekerja sama dengan panitia. Sebab, biasanya orang Indonesia selalu suka molor sehingga mengacaukan semuanya. Oleh karena itu, harus ada koordinasi dan mendesak panitia untuk segara keluarkan makanan. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka tamu biasanya langsung pulang dan akibatnya katering yang kena getahnya.

·         Meraih Kesuksesan

Pada tahun 2010, setelah lulus kuliah, Gibran mendirikan usaha katering dengan menggunakan gudang mebel milik ayahnya yang dijadikan kantor dan dapur katering. Nama usaha kateringnya adalah Chilli Pari yang bermakna keberanian dan kemakmuran. Usahanya berdiri setelah hanya satu dari tujuh proposal pinjaman ke bank setuju untuk memberikan pinjaman sebesar satu miliar rupiah. Awalnya, Chilli Pari hanya mengurus order kecil-kecilan untuk puluhan orang. Namun, sejak Januari (2011) Chilli Pari mulai bisa melayani ribuan orang termasuk menyediakan katering untuk pernikahan di Graha Saba.
Walaupun awalnya sulit, dengan perlahan dan menggunakan teknik marketing yang baik, usaha katering Gibran berhasil meraih kesuksesan dan kepercayaan. Sekarang bisnis katering yang dikelola Gibran sudah melayani katering berbagai event baik nasional maupun internasional. Bisnis utama Chilli Pari adalah katering dan wedding organizer professional yang menyediakan aneka kebutuhan untuk pernikahan seperti gedung, rias pengantin, dekorasi dan lainnya. Sementara itu, menu yang disediakan adalah masakan Jawa, Jepang, Barat dan lainnya. Bahkan, Jokowi pun akhirnya luluh dan mendukung penuh usahanya.

3.   Triangga Bayu-Nasi Kucing 78

Bermula dari menyalurkan hobi makan dan memasak, Triangga Bayu (34) memulai bisnis recehan bernama Angkringan Nasi Kucing 78. Bisnis angkringan ini dirintis Bayu bersama istrinya, Nita Yuni Arthanty sejak akhir tahun 2011.
Sebelum merintis bisnis angkringan, Bayu sempat bekerja di beberapa tempat. Mulai dari bekerja di developer property, peternakan sapi, hingga menjadi sopir ekspedisi. Namun, seiring berjalannya waktu ketertarikan Bayu di dunia usaha pun kian membesar. Ia pun memilih untuk menjalankan bisnisnya, mulai dari bisnis makanan ala angkringan nasi kucing hingga bisnis clothing yang saat ini masih berjalan secara bersamaan.
Melihat peluang bisnis makanan ala angkringan nasi kucing yang sangat menjanjikan, Bayu pun berinisiatif untuk membuat sistem waralaba. Karena bisnis angkringan dapat dimulai dengan modal kecil. Seperti pengalaman Bayu dahulu, ia membuka angkringan pertamanya dengan modal kecil, yang tidak lebih dari 3juta. Kini, Bayu telah memiliki lebih dari 200 mitra angkringan di penjuru nusantara, yang telah menikmati berkah dari paket bisnis waralaba Angkringan Nasi Kucing 78.
Ketika ditanya darimana Bayu memiliki keahlian produksi dan marketing bisnisnya, ia mengaku bahwa keahlian tersebut didapat dari pengalaman belajar di lapangan. Ia percaya bahwa ketika seorang manusia berusaha untuk mengembangkan usaha titipan Tuhan, maka Tuhan pun akan memberikan kemudahan.
Bayu mengaku tidak mengalami kendala yang berarti dalam mengelola bisnis makanan ala angkringannya. Dalam pengelolaan keuangan Bayu membuat tabungan mati harian, dimana setiap hari ia wajib menyisihkan uang apapun kondisinya. Baik saat usahanya laku maupun tidak, atau saat mendapat untung banyak ataupun sedikit. Dalam mengelola kesediaan produk, Bayu pun selalu menyetok gerobak dan perlengkapan angkringan bagi mitra barunya, sehingga tidak ada istilah pre order. Saat mitra datang membeli paket usaha angkringan yang ditawarkan, perlengkapan dan gerobak bisnis angkringan pun siap diantar.
“Kami gila promosi, sehingga pemasaran bisnis angkringan modal kecil kami telah menjangkau wilayah Banda Aceh hingga Papua” papar Ayah satu anak ini. Bayu menggunakan internet marketing untuk memasarkan bisnis angkringannya. Ia memiliki tim khusus untuk mengelola pemasaran online di Website, Blog, Twitter, Instagram, Fanspage, dan Youtube bernama Angkringan Nasi Kucing 78.
Brand bernama Angkringan Nasi Kucing 78 ini, rupanya memiliki arti yang mendalam. Angka 78 memiliki makna maju mapan. Angka ini diharapkan mampu membawa kemajuan dan tahap kemapanan secara ekonomi dan kebahagiaan bagi pelaku usahanya. Baik Bayu sebagai owner, para mitra, dan karyawan Angkringan Nasi Kucing 78.
Bayu juga sangat memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan para mitranya, karena bisnis ini berlandaskan pada konsep “berbagi”. Bayu sangat siap mendukung kemajuan para mitra dan calon pengusaha yang melirik usahanya. Menurutnya, dengan menciptakan usaha akan banyak tenaga menganggur yang terserap. Kebahagiaan dan kesuksesan akan dimiliki oleh banyak orang.
Di akhir sesi liputan, Bayu menegaskan bahwa dalam menjalankan usaha kita harus memiliki motivasi. “Saya menjalankan bisnis makanan ala angkringan ini, karena termotivasi untuk dapat berbagi usaha, berbagi rejeki, berbagi kesempatan, dan berbagi ilmu bisnis dengan orang lain.” kata Bayu.
“Puncak dari kebahagiaan dari seorang pengusaha adalah ketika kita bisa melihat mitra atau karyawan kita bahagia dari hasil usaha yang kita jalankan. Seperti halnya, pengalaman beberapa mitra saya yang sudah mendaftarkan haji dari hasil angkringannya, dan ada juga yang bisa membelikan sepeda motor bagi karyawannya” tutur Bayu. Karena menurut Bayu, wirausahawan sejati adalah yang berani sukses dan berani rugi.

4.    H. Amriy Gunawan-Rabbani
Sekilas Tentang Brand Busana Muslim “Rabbani”
Perusahaan yang memiliki nama lengkap CV Rabbani Asysa ini didirikan oleh pasangan suami istri Amry Gunawan dan Nia Kurnia.  Mulai menjalankan aktivitas produksi pada tahun 1994, akhirnya pada tahun 2001 perusahaan Rabbani dinyatakan resmi menjadi perusahaan berbadan hukum berdasarkan bukti pada akte notaris. Pemilihan kata “Rabbani” sebagai nama perusahaan bukanlah tanpa alasan. Nama Rabbani tersebut terinspirasi dari surat Ali Imron ayat 79 di Al-Quran yang mengandung makna “para pengabdi Allah yang bersedia mengajarkan dan diajarkan oleh kitab Allah”.
Mengusung tagline “Profesor Kerudung Indonesia”, Rabbani hadir sebagai perusahaan garmen di bidang retail busana muslim. Saat ini Rabbani telah berkembang pesat menjadi salah satu perusahaan kerudung terbesar di Indonesia dengan produk andalan kerudung instan serta produk lainnya seperti baju koko, tunik, kaos tunik, gamis dan masih banyak lagi. Proses produksi produk-produk Rabbani ditopang oleh lima unit pabrik milik Rabbani di bawah naungan badan hukum CV. Suho Garmindo.
Kiat Usaha Brand Busana Muslim “Rabbani”
Perjuangan kedua pendiri brand Rabbani dalam mengembangkan usahanya tentunya sama sekali tak mudah. Rintangan dan juga jatuh bangun usaha sudah kenyang dirasakan. Namun dengan beberapa kiat khusus dan juga keyakinan bulat, pelan namun pasti kini brand Rabbani bisa tumbuh dan berkembang sedemikian besar.
Sedikit berbagai beberapa kiat dari sang pendiri dalam menjalankan usahanya, menurut saya merupakan strategi yang sederhana yang mengena. Perusahaan sebesar Rabbani tentu memiliki kiat khusus untuk mempertahankan kesuksesan  selama bertahun-tahun. Kiat khusus itulah yang bisa dipelajari dan dicermati oleh para pebisnis lainnya untuk memulai perencanaan bisnis secara matang. Berikut ini beberapa kiat usaha yang bisa kami bagikan.
Memiliki Visi dan Misi yang Jelas
Jilbab Rabbani memiliki visi dan misi yang amat jelas dalam perjalanannya sebagai slaah satu pelopor perusahaan kerudung di Indonesia. Dengan visinya yang ingin mengubah paradigma masyarakat Indonesia yang menganggap busana muslim adalah busana yang kurang modis, hal ini membantu untuk menentukan langkah apa yang harus ditempuh untuk mewujudkan visi tersebut. Berbisnis sekaligus bersyiar adalah hal yang ditempuh oleh Rabbani. Lihatlah beragam produk kerudung dan pakaian keluaran Rabbani yang trendi, modis dan tetap berada dalam pakem berbusana muslim yang baik.
Pengadaan Promosi, Lomba dan Diskon yang Menarik
Promosi dan diskon tentu erat kaitannya dengan keberhasilan suatu brand. Pemilihan brand ambassador yang tepat juga akan mendukung ketertarikan masyarakat untuk menggunakan produk-produk Rabbani. Salah satunya, Rabbani juga menggandeng artis muda baru keluaran ajang pencarian bakat nasional yaitu Fatin Shidqia.
Tak hanya itu saja, Rabbani juga terkenal royal dalam hal memberi diskon besar kepada para pembeli maupun #reseller. Selain itu, ada pula promo lainnya seperti event keren yang diadakan untuk menyambut pembukaan Rabbani di regional tertentu serta lomba tahunan antar reseller member Rabbani dengan hadiah paket umroh.
Promosi tersebut juga bukan hanya berdasarkan hal-hal besar, namun juga hingga ke hal-hal kecil lainnya seperti desain situs serta ragam inovasi produk yang tak henti-hentinya dilakukan untuk memenuhi selera dan tren yang sedang booming di masyarakat.
Memiliki Sistem Pemasaran yang Baik
Konsep reshare dan reseller yang ditawarkan Rabbani membawa peluang besar bagi Rabbani untuk mengekspansi usaha, meningkatkan omset penjualan sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi pihak lain yang tertarik dengan produk Rabbani. Reshare merupakan sebutan bagi distributor produk Jilbab Rabbani yang membawahi regional tertentu seperti wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Sumatera Utara serta daerah lainnya. Sedangkan bagi pihak yang ingin menjadi reseller pemula bagi produk Rabbani disebut sebagai sub-dealer yang berada dibawah naungan dan pengawasan reshare. Pihak reseller tentu dapat menjual produk Rabbani dengan modal awal yang tidak terlampau besar.
Terkait dengan kiat ketiga tersebut, saya melihat saat ini peluang yang ditawarkan oleh brand Rabbani sebagai reseller atau yang juga disebut agen usaha tersebut, nampaknya masih cukup potensial. Mengingat nama “Rabbani” sudah sangat populer ditambah dengan kondisi perkembangan fashion tanah air yang juga mendukung berkembangnya usaha busana muslim.
Biaya pendaftaran untuk menjadi agen pun cukup terjangkau. Nantinya tiap agen juga akan mendapatkan perlatan promosi seperti pamplet, liplet, dan baliho. Mengenai info lebih lengkap, bagi rekan yang berminat bisa menyambangi official webnya.

5. Sanny Kamengmau-Tas Robita

Sunny Kamengmau adalah seorang pengusaha sukses yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Kesuksesan yang ia dapatkan sekarang ini bukanlah suatu yang instan, namun panjang sekali perjalanan yang harus ia lalui. Perjalanan hidup yang ia lewati juga tidak mudah, banyak sekali hambatan dan rintangan yang selalu ditemuinya dalam meniti bisnis.
Awal kisah perjalanannya bermula ketika Sunny Kamengmau kabur dari rumah. Entah apa alasannya, namun kala itu ia masih sangat muda, ia lari dari rumah dan tentu saja tidak melanjutkan pendidikannya yang saat itu masih SMA. Pelariannya dari rumah membawanya sampai di Kuta, Bali. Di situ ia kemudian bekerja sebagai tukang kebun di sebuah Hotel. Setelah satu tahun kemudian, ia naik pangkat menjadi satpam hotel, profesi ini dijalaninya cukup lama yaitu selama empat tahun.
Tak disangka minat belajar Sunny Kamengmau sangatlah tinggi, terutama pada bahasa asing. Keinginan tersebut sudah ada bahkan ketika ia masih menjadi tukang kebun hotel. Ia selalu belajar bahasa asing, bahasa Inggris dan bahasa Jepang menjadi bahasa yang ia pelajari.
Tujuannya yang begitu kuat untuk menguasai bahasa asing adalah supaya bisa bergaul dengan para tamu yang kebanyakan dari manca negara. Bahkan begitu semangatnya menguasai bahasa asing, sampai gajinya sebagai tukang kebun yang saat itu Rp 50 ribu digunakan untuk membeli kamus bahasa Inggris.
Peluang Bisnis Datang Dari Jepang
Nah, dari kemauan belajar dan sikap yang baik tersebut membuatnya akrab dengan tamu dan juga majikannya sendiri. Ia mengaku para tamu dan keluarga pemilik hotel adalah guru bahasanya.
“Antara saya dan keluarga bos, terutama anaknya Marlon ini, seperti tidak ada jarak,” begitu ujar Sunny.
Berbekal kemampuannya berbahasa Jepang ini, mempertemukan Sunny dengan seorang tamu dari Jepang yang bernama Nobuyuki Kakizaki pada tahun 1995. Karena Sunny fasih berbahasa Jepang, menjadikannya berteman akrab dengan tamu dari Jepang tersebut. Tak disangka, ternyata tamu dari Jepang tersebut adalah seorang pengusaha yang memiliki perusahaan Real Point Inc.
Setelah lima tahun berteman akrab, Sunny pun mendapatkan tawaran yang sangat menjanjikan dari Nobuyuki. Ia ditawari menjadi pemasok tas kulit untuk Nobuyuki, karena perusahaan yang ia kelola akan melebarkan bisnis baru di Jepang. Meskipun belum mempunyai modal pengetahuan yang mumpuni pada bisnis ini, namun dengan keberanian dan tekad kuat Sunny pun menyanggupinya.
Berkali-kali Gagal, Akhirnya Sampai Pada Kesuksesan
Membuat sebuah produk yang berkualitas ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Apalagi dengan pengalaman yang sama sekali tidak ia punyai, bahkan saat itu ia membutuhkan waktu enam bulan hanya untuk membuat sebuah sampel tas. Namun demikian juga tidak lantas langsung diterima, bahkan saat itu penjahit Sunny sampai hampir putus asa dan akan keluar.
Meskipun berulangkali gagal, dengan tekad yang bulat membuat Sunny tak mau mundur barang sejengkal. Dengan tekad dan keyakinan yang luar biasa, lambat laun akhirnya tas yang ia buat bisa diterima oleh orang Jepang tersebut. Pesanan pun mulai datang, meski pada awalnya masih sangat minim. Pada tahun 2003 Sunny mampu memproduksi 100-200 tas perbulan yang ia kirim ke Jepang.
Pada tahun 2006 tas Robita yang digawangi Sunny, mampu menyuplai kebutuhan pasar di Jepang sampai 5000 tas perbulannya. Tas merek Robita sendiri bukanlah tas murahan di Jepang, tas ini termasuk yang digemari bagi kalanagan sosialita. Harga yang ditawarkan kisaran Rp 2 juta sampai Rp 4 juta. Jika dihitung secara kasar, dengan harga minimal per biji adalah Rp 2 juta, maka tas Robita mampu meraup Rp 10 miliar tiap bulannya.
 
 
DAFTAR PUSTAKA