KEWIRAUSAHAAN
KELOMPOK TULIP
Nama Kelompok:
ALYA KHAIRUNISSA N (50214916)
AYU REGITA ANDINI (51214887)
ERIN NUR AISAH (53214610)
Kelas: 2DF01
5 Wirausahawan dan Latar
Belakangnya
Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni
1962 yang dilahirkan di jakarta dengan keluarga yang cukup berada.
Ayahnya A.G. Tanjung adalah seorang
wartawan pada jaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil.
Keluarga Chairul terdiri dari enam bersaudara dan ketika di masa order baru,
usaha ayahnya dipaksa tutup yang dikarenakan berseberangan secara politi dengan
penguasa saat itu.
Dengan keadaan tersebut maka
orangtuanya menjual rumah dan akhirnya berpindah tinggal di kaman losmen yang
sempit.
Chairul merupakan pengusaha asal
indonesia yang namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan
yang dia pimpin. Chairul Tanjung telah memulai
bisnisnya ketika ia kuliah dari jursan kedokteran gigi universitas indoneisa.
Dia sempat mengalami jatuh bangun dan akhirnya aia sukses membangun bisnisnya.
Perusahaan konglomersi miliknya, Para Group menjadi sebuah
perusahaan bisnis yang membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan
Bank Mega.
Selepas menyelesaikan sekolahnya di
SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, Chairul Tanjung masuk Universitas Indonesia
dengan Jurusan Kedokteran Gigi dan lulus pada tahun 1987. Saat kuliah inilah ia
mulai merintis serta masuk ke dalam dunia bisnis dan ketika kuliah juga ia
mendapatkan penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan tingkat Nasional pada tahun
1984 -1985.
Untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya, ia
memulai bisnisnya dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan
lain-lain di kampusnya. Dia juga membuka usaha fotocopy di kampusnya. Chairul
juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di
Senen Raya, Jakarta Pusat tetapi ia mengalami kebangkrutan.
Selepas kuliah, Chairul mendiriakan PT Pariarti Shindutama
bersama tiga rekannya pada tahun 1987 dengan modal awal Rp. 150 juta dari Bank
Exim. Mereka memproduksi berbagai macam sepatu anak-anak untuk diekspor dan
keberuntungan kali ini berpihak kepadanya. Perusahaan tersebut langsung
mendapatkan pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia, tetapi karena peredaan
visi tentang ekspansi usaha, Chairul lebih memilih untuk pisah dan mendirikan
usahanya sendiri.
Dengan kepiawaiannya, ia membangun
jaringan bisnis baru dan membuat bisnisnya semakin berkembang dengan
mengarahkan usahanya ke konglomerasi. Chairul mereposisikan dirinya ke tiga
bisanis inti yaitu keuangan, properti dan multimedia.
Di bidang keuangan, dia mengambil alih
Bank Karman yang
kini bernama Bank Mega.
Dia menamakan perusahaan tersebut dengan nama Para Group.
Perusahaan konglomerasi ini mempunyai
Para Inti Holindo sebagai father
holding company yang membawahi beberapa sub-holding, yaitu Para Global Investindo
(bisnis keuangan), Para Inti
Investindo (Media dan Investasi) dan Para Inti Propertindo (Properti).
Chairul menyatakan bahwa dalam
membangun bisnis, mengembangkan jaringan adalah suatu hal yang sangatlah
penting serta memiliki rekanan atau partner dengan baik sangatlah diperluakan.
Membangun relasi pn bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi
juga pada yang belum terkenal sekalipun.
Bagi Chairul, suatu pertaman yang baik
akan membantu proses berkembangnya bisnis yang sedang dikerjakan. Ketika bisnis
pada kondisi tidak bagus atau sepi akan pelanggan, maka jejaring bisa
diandalkan dan bagi Chairul suatu pertaman dengan petugas pengantar surat pun
adalah penting.
Menurut Chairul, modal memanglah
sangat penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis dan baginya kemauan
serta kerja keras hars dimiliki seorang yang ingin sukses berbisnis. Namun
mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya dan baginya membangun
suatu kepercayaan sama halnya dengan membangun intergritas dan disinilah
pentingnya berjejaring (networking)
dalam menjalankan bisnis.
Dalam bisnis, chairul menyatakan bahwa
generasi muda bisnis sudah seharusnya untuk bersabar dan mau menapaki tangga
usaha satu persatu. Menurut chairul, membangun sebuah bisnis tidak seperti
membalikan telapak tangan, sangat dibutuhkan kesabaran dan rasa jangan putus
asa. Karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kuncin utama dalam
mencuri hati pasar dan membangun integritas adalah hal penting bagi Chairul
Tanjung.
2. Gibran Rakabuming raka-Catering & W.O
·
Tertarik Bisnis Katering
Setelah Gibran lulus kuliah, Jokowi
menginginkan putra sulungnya untuk melanjutkan bisnis keluarga yang sudah lama
dirintis yakni bisnis mebel. Namun, permintaan Jokowi tersebut mendapat
penolakan dari putranya karena lebih menginginkan untuk terjun di bidang
kuliner. Menurut Gibran, dirinya lebih tertarik untuk mengembangkan bisnis
katering dan wedding organizer daripada melanjutkan usaha keluarga di bidang
mebel.
Ide Gibran untuk mengembangkan
bisnis katering ternyata tidak pernah ditanggapi ayahnya. Jokowi terus saja
mendesak Gibran untuk meneruskan usaha keluarga di bidang mebel. Gibran
bersikeras tidak memiliki ketertarikan di bidang mebel dan teguh pada
pendiriannya untuk tetap mengembangkan bisnis katering. Keyakinan Gibran untuk
bisnis katering tidak asal-asalan karena dia melihat besarnya potensi
mendirikan bisnis katering di kota Solo.
·
Mengatur Kecepatan Penyajian
Menurut Gibran, kunci bisnis
katering di Solo dengan budaya piring terbang adalah kecepatan. Oleh karena
itu, dirinya pun menyiapkan jumlah personel yang memadai untuk melayani para
tamu. Pasalnya, di Solo banyak kejadian desert (makanan penutup) belum keluar,
tamu sudah pulang. Sebab, orang Solo itu yang penting ada nasi, ada es,
langsung pulang. Jadi, intinya harus lebih cepat untuk mengeluarkan makanannya.
Untuk menyiasati keterlambatan
penyajian makanan, Gibran pun harus bekerja sama dengan panitia. Sebab,
biasanya orang Indonesia selalu suka molor sehingga mengacaukan semuanya. Oleh
karena itu, harus ada koordinasi dan mendesak panitia untuk segara keluarkan
makanan. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka tamu biasanya langsung pulang
dan akibatnya katering yang kena getahnya.
·
Meraih Kesuksesan
Pada tahun 2010, setelah lulus
kuliah, Gibran mendirikan usaha katering dengan menggunakan gudang mebel milik
ayahnya yang dijadikan kantor dan dapur katering. Nama usaha kateringnya adalah
Chilli Pari yang bermakna keberanian dan kemakmuran. Usahanya berdiri setelah
hanya satu dari tujuh proposal pinjaman ke bank setuju untuk memberikan
pinjaman sebesar satu miliar rupiah. Awalnya, Chilli Pari hanya mengurus order
kecil-kecilan untuk puluhan orang. Namun, sejak Januari (2011) Chilli Pari
mulai bisa melayani ribuan orang termasuk menyediakan katering untuk pernikahan
di Graha Saba.
Walaupun awalnya sulit, dengan
perlahan dan menggunakan teknik marketing yang baik, usaha katering Gibran
berhasil meraih kesuksesan dan kepercayaan. Sekarang bisnis katering yang
dikelola Gibran sudah melayani katering berbagai event baik nasional maupun
internasional. Bisnis utama Chilli Pari adalah katering dan wedding organizer
professional yang menyediakan aneka kebutuhan untuk pernikahan seperti gedung,
rias pengantin, dekorasi dan lainnya. Sementara itu, menu yang disediakan adalah
masakan Jawa, Jepang, Barat dan lainnya. Bahkan, Jokowi pun akhirnya luluh dan
mendukung penuh usahanya.
Bermula dari menyalurkan hobi makan
dan memasak, Triangga Bayu (34) memulai bisnis recehan bernama Angkringan
Nasi Kucing 78. Bisnis angkringan ini dirintis Bayu bersama istrinya, Nita Yuni
Arthanty sejak akhir tahun 2011.
Sebelum merintis bisnis angkringan,
Bayu sempat bekerja di beberapa tempat. Mulai dari bekerja di developer property,
peternakan sapi, hingga menjadi sopir ekspedisi. Namun, seiring berjalannya
waktu ketertarikan Bayu di dunia usaha pun kian membesar. Ia pun memilih untuk
menjalankan bisnisnya, mulai dari bisnis makanan ala angkringan nasi kucing
hingga bisnis clothing yang
saat ini masih berjalan secara bersamaan.
Melihat peluang bisnis makanan ala
angkringan nasi kucing yang sangat menjanjikan, Bayu pun berinisiatif untuk
membuat sistem waralaba. Karena bisnis
angkringan dapat dimulai dengan modal kecil. Seperti pengalaman Bayu
dahulu, ia membuka angkringan pertamanya dengan modal kecil, yang tidak lebih
dari 3juta. Kini, Bayu telah memiliki lebih dari 200 mitra angkringan di
penjuru nusantara, yang telah menikmati berkah dari paket bisnis waralaba
Angkringan Nasi Kucing 78.
Ketika ditanya darimana Bayu memiliki
keahlian produksi dan marketing bisnisnya, ia mengaku bahwa keahlian tersebut
didapat dari pengalaman belajar di lapangan. Ia percaya bahwa ketika seorang
manusia berusaha untuk mengembangkan usaha titipan Tuhan, maka Tuhan pun akan
memberikan kemudahan.
Bayu mengaku tidak mengalami kendala
yang berarti dalam mengelola bisnis makanan ala angkringannya. Dalam
pengelolaan keuangan Bayu membuat tabungan mati harian, dimana setiap hari ia
wajib menyisihkan uang apapun kondisinya. Baik saat usahanya laku maupun tidak,
atau saat mendapat untung banyak ataupun sedikit. Dalam mengelola kesediaan
produk, Bayu pun selalu menyetok gerobak dan perlengkapan angkringan bagi mitra
barunya, sehingga tidak ada istilah pre
order. Saat mitra datang membeli paket usaha angkringan yang
ditawarkan, perlengkapan dan gerobak bisnis angkringan pun siap diantar.
“Kami gila promosi, sehingga pemasaran
bisnis angkringan modal kecil
kami telah menjangkau wilayah Banda Aceh hingga Papua” papar Ayah satu anak
ini. Bayu menggunakan internet
marketing untuk memasarkan bisnis angkringannya. Ia memiliki tim
khusus untuk mengelola pemasaran online di Website, Blog, Twitter, Instagram,
Fanspage, dan Youtube bernama Angkringan Nasi Kucing 78.
Brand bernama Angkringan Nasi Kucing
78 ini, rupanya memiliki arti yang mendalam. Angka 78 memiliki makna maju mapan. Angka ini
diharapkan mampu membawa kemajuan dan tahap kemapanan secara ekonomi dan
kebahagiaan bagi pelaku usahanya. Baik Bayu sebagai owner, para mitra, dan
karyawan Angkringan Nasi Kucing 78.
Bayu juga sangat memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan para mitranya, karena bisnis ini berlandaskan pada
konsep “berbagi”. Bayu sangat siap
mendukung kemajuan para mitra dan calon pengusaha yang melirik usahanya.
Menurutnya, dengan menciptakan usaha akan banyak tenaga menganggur yang
terserap. Kebahagiaan dan kesuksesan akan dimiliki oleh banyak orang.
Di akhir sesi liputan, Bayu menegaskan
bahwa dalam menjalankan usaha kita harus memiliki motivasi. “Saya menjalankan bisnis
makanan ala angkringan ini, karena termotivasi untuk dapat berbagi
usaha, berbagi rejeki, berbagi kesempatan, dan berbagi ilmu bisnis dengan orang
lain.” kata Bayu.
“Puncak dari kebahagiaan dari seorang
pengusaha adalah ketika kita bisa melihat mitra atau karyawan kita bahagia dari
hasil usaha yang kita jalankan. Seperti halnya, pengalaman beberapa mitra saya
yang sudah mendaftarkan haji dari hasil angkringannya, dan ada juga yang bisa
membelikan sepeda motor bagi karyawannya” tutur Bayu. Karena menurut Bayu,
wirausahawan sejati adalah yang berani sukses dan berani rugi.
4.
H.
Amriy Gunawan-Rabbani
Sekilas Tentang Brand Busana Muslim “Rabbani”
Perusahaan yang memiliki
nama lengkap CV Rabbani Asysa ini didirikan oleh pasangan suami istri Amry
Gunawan dan Nia Kurnia. Mulai
menjalankan aktivitas produksi pada tahun 1994, akhirnya pada tahun 2001
perusahaan Rabbani dinyatakan resmi menjadi perusahaan berbadan hukum
berdasarkan bukti pada akte notaris. Pemilihan kata “Rabbani” sebagai nama
perusahaan bukanlah tanpa alasan. Nama Rabbani tersebut terinspirasi dari surat
Ali Imron ayat 79 di Al-Quran yang mengandung makna “para pengabdi Allah yang
bersedia mengajarkan dan diajarkan oleh kitab Allah”.
Mengusung
tagline “Profesor Kerudung Indonesia”, Rabbani hadir sebagai perusahaan garmen
di bidang retail busana muslim. Saat ini Rabbani telah berkembang pesat menjadi
salah satu perusahaan kerudung terbesar di Indonesia dengan produk andalan
kerudung instan serta produk lainnya seperti baju koko, tunik, kaos tunik, gamis
dan masih banyak lagi. Proses produksi produk-produk Rabbani ditopang oleh lima
unit pabrik milik Rabbani di bawah naungan badan hukum CV. Suho Garmindo.
Kiat
Usaha Brand Busana Muslim “Rabbani”
Perjuangan
kedua pendiri brand Rabbani dalam mengembangkan usahanya tentunya sama sekali
tak mudah. Rintangan dan juga jatuh bangun usaha sudah kenyang dirasakan. Namun
dengan beberapa kiat khusus dan juga keyakinan bulat, pelan namun pasti kini
brand Rabbani bisa tumbuh dan berkembang sedemikian besar.
Sedikit
berbagai beberapa kiat dari sang pendiri dalam menjalankan usahanya, menurut
saya merupakan strategi yang sederhana yang mengena. Perusahaan sebesar Rabbani
tentu memiliki kiat khusus untuk mempertahankan kesuksesan selama bertahun-tahun. Kiat khusus itulah
yang bisa dipelajari dan dicermati oleh para pebisnis lainnya untuk memulai
perencanaan bisnis secara matang. Berikut ini beberapa kiat usaha yang bisa
kami bagikan.
Memiliki
Visi dan Misi yang Jelas
Jilbab
Rabbani memiliki visi dan misi yang amat jelas dalam perjalanannya sebagai
slaah satu pelopor perusahaan kerudung di Indonesia. Dengan visinya yang ingin
mengubah paradigma masyarakat Indonesia yang menganggap busana muslim adalah
busana yang kurang modis, hal ini membantu untuk menentukan langkah apa yang
harus ditempuh untuk mewujudkan visi tersebut. Berbisnis sekaligus bersyiar
adalah hal yang ditempuh oleh Rabbani. Lihatlah beragam produk kerudung dan
pakaian keluaran Rabbani yang trendi, modis dan tetap berada dalam pakem
berbusana muslim yang baik.
Pengadaan
Promosi, Lomba dan Diskon yang Menarik
Promosi
dan diskon tentu erat kaitannya dengan keberhasilan suatu brand. Pemilihan
brand ambassador yang tepat juga akan mendukung ketertarikan masyarakat untuk
menggunakan produk-produk Rabbani. Salah satunya, Rabbani juga menggandeng
artis muda baru keluaran ajang pencarian bakat nasional yaitu Fatin Shidqia.
Tak
hanya itu saja, Rabbani juga terkenal royal dalam hal memberi diskon besar kepada
para pembeli maupun #reseller. Selain itu, ada pula promo lainnya seperti event
keren yang diadakan untuk menyambut pembukaan Rabbani di regional tertentu
serta lomba tahunan antar reseller member Rabbani dengan hadiah paket umroh.
Promosi
tersebut juga bukan hanya berdasarkan hal-hal besar, namun juga hingga ke
hal-hal kecil lainnya seperti desain situs serta ragam inovasi produk yang tak
henti-hentinya dilakukan untuk memenuhi selera dan tren yang sedang booming di
masyarakat.
Memiliki
Sistem Pemasaran yang Baik
Konsep
reshare dan reseller yang ditawarkan Rabbani membawa peluang besar bagi Rabbani
untuk mengekspansi usaha, meningkatkan omset penjualan sekaligus membuka
lapangan pekerjaan bagi pihak lain yang tertarik dengan produk Rabbani. Reshare
merupakan sebutan bagi distributor produk Jilbab Rabbani yang membawahi
regional tertentu seperti wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Sumatera Utara serta
daerah lainnya. Sedangkan bagi pihak yang ingin menjadi reseller pemula bagi
produk Rabbani disebut sebagai sub-dealer yang berada dibawah naungan dan
pengawasan reshare. Pihak reseller tentu dapat menjual produk Rabbani dengan
modal awal yang tidak terlampau besar.
Terkait
dengan kiat ketiga tersebut, saya melihat saat ini peluang yang ditawarkan oleh
brand Rabbani sebagai reseller atau yang juga disebut agen usaha tersebut,
nampaknya masih cukup potensial. Mengingat nama “Rabbani” sudah sangat populer
ditambah dengan kondisi perkembangan fashion tanah air yang juga mendukung
berkembangnya usaha busana muslim.
Biaya
pendaftaran untuk menjadi agen pun cukup terjangkau. Nantinya tiap agen juga
akan mendapatkan perlatan promosi seperti pamplet, liplet, dan baliho. Mengenai
info lebih lengkap, bagi rekan yang berminat bisa menyambangi official webnya.
Sunny Kamengmau adalah seorang pengusaha
sukses yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Kesuksesan yang ia dapatkan
sekarang ini bukanlah suatu yang instan, namun panjang sekali perjalanan yang
harus ia lalui. Perjalanan hidup yang ia lewati juga tidak mudah, banyak sekali
hambatan dan rintangan yang selalu ditemuinya dalam meniti bisnis.
Awal kisah perjalanannya bermula
ketika Sunny Kamengmau kabur dari rumah. Entah apa alasannya, namun kala itu ia
masih sangat muda, ia lari dari rumah dan tentu saja tidak melanjutkan
pendidikannya yang saat itu masih SMA. Pelariannya dari rumah membawanya sampai
di Kuta, Bali. Di situ ia kemudian bekerja sebagai tukang kebun di sebuah
Hotel. Setelah satu tahun kemudian, ia naik pangkat menjadi satpam hotel,
profesi ini dijalaninya cukup lama yaitu selama empat tahun.
Tak disangka minat belajar Sunny
Kamengmau sangatlah tinggi, terutama pada bahasa asing. Keinginan tersebut
sudah ada bahkan ketika ia masih menjadi tukang kebun hotel. Ia selalu belajar
bahasa asing, bahasa Inggris dan bahasa Jepang menjadi bahasa yang ia pelajari.
Tujuannya yang begitu kuat untuk
menguasai bahasa asing adalah supaya bisa bergaul dengan para tamu yang
kebanyakan dari manca negara. Bahkan begitu semangatnya menguasai bahasa asing,
sampai gajinya sebagai tukang kebun yang saat itu Rp 50 ribu digunakan untuk
membeli kamus bahasa Inggris.
Peluang Bisnis Datang Dari Jepang
Nah, dari kemauan belajar dan sikap
yang baik tersebut membuatnya akrab dengan tamu dan juga majikannya sendiri. Ia
mengaku para tamu dan keluarga pemilik hotel adalah guru bahasanya.
“Antara saya dan keluarga bos,
terutama anaknya Marlon ini, seperti tidak ada jarak,” begitu ujar Sunny.
Berbekal kemampuannya berbahasa
Jepang ini, mempertemukan Sunny dengan seorang tamu dari Jepang yang bernama
Nobuyuki Kakizaki pada tahun 1995. Karena Sunny fasih berbahasa Jepang,
menjadikannya berteman akrab dengan tamu dari Jepang tersebut. Tak disangka,
ternyata tamu dari Jepang tersebut adalah seorang pengusaha yang memiliki
perusahaan Real Point Inc.
Setelah lima tahun berteman akrab,
Sunny pun mendapatkan tawaran yang sangat menjanjikan dari Nobuyuki. Ia
ditawari menjadi pemasok tas kulit untuk Nobuyuki, karena perusahaan yang ia
kelola akan melebarkan bisnis baru di Jepang. Meskipun belum mempunyai modal
pengetahuan yang mumpuni pada bisnis ini, namun dengan keberanian dan tekad
kuat Sunny pun menyanggupinya.
Berkali-kali Gagal, Akhirnya Sampai
Pada Kesuksesan
Membuat sebuah produk yang
berkualitas ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Apalagi dengan pengalaman
yang sama sekali tidak ia punyai, bahkan saat itu ia membutuhkan waktu enam
bulan hanya untuk membuat sebuah sampel tas. Namun demikian juga tidak lantas
langsung diterima, bahkan saat itu penjahit Sunny sampai hampir putus asa dan
akan keluar.
Meskipun berulangkali gagal, dengan
tekad yang bulat membuat Sunny tak mau mundur barang sejengkal. Dengan tekad
dan keyakinan yang luar biasa, lambat laun akhirnya tas yang ia buat bisa
diterima oleh orang Jepang tersebut. Pesanan pun mulai datang, meski pada
awalnya masih sangat minim. Pada tahun 2003 Sunny mampu memproduksi 100-200 tas
perbulan yang ia kirim ke Jepang.
Pada tahun 2006 tas Robita yang
digawangi Sunny, mampu menyuplai kebutuhan pasar di Jepang sampai 5000 tas
perbulannya. Tas merek Robita sendiri bukanlah tas murahan di Jepang, tas ini
termasuk yang digemari bagi kalanagan sosialita. Harga yang ditawarkan kisaran
Rp 2 juta sampai Rp 4 juta. Jika dihitung secara kasar, dengan harga minimal
per biji adalah Rp 2 juta, maka tas Robita mampu meraup Rp 10 miliar tiap
bulannya.
DAFTAR PUSTAKA