Sabtu, 13 Desember 2014

ILMU ALAMIAH DASAR- TENTANG PERMASALAHAN LINGKUNGAN




ILMU ALAMIAH DASAR


 KERUSAKAN LINGKUNGAN
BANJIR DI TEROWONGAN DIPO, DEPOK LAMA”

     DISUSUN OLEH :

o  ALFI SYIFA MUTHIA
o  APRILIA PUTRI
o  ERIN NUR AISYAH
o  LAELY HAFSYAH
o  RIZKY AMELIA PUTRI
o  VIVIANTI AYU RIZKY






Bab 1

1.1 Latar Belakang

Kerusakan fasilitas umum bentuknya memang tidak bisa kita pungkiri lagi berapa banyaknya saat ini,berbagai usaha saat ini dilakukan untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan saat ini tetapi pada akhirnyapun usaha saat ini berakhir sia-sia padahal pemerintah juga sudah melakukan beberapa usaha untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan.banyak kerugian yang di timbulkan dari kerusakan lingkungan contohnya banyak daerah yang menjadi rusak,banyak anak-anak yang merasakan akibat dari kerusakan lingkungan daerah tersebut yang terpenting adalah seharusnya sifat masyarakat yang harus mempunyai kesadaran tinggi di daerah masing-masing. Kesadaran masyarakat yang rendah dapat menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan.




1.2 Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
A.Apa definisi kerusakan lingkungan?
B.Apa saja faktor-faktor penyebab kerusakan lingkungan?
C.Apa saja dampak kerusakan lingkungan itu?
D.Siapa yang mendapat dampak dari kerusakan lingkungan?
E. Cara menanggulangi kerusakan lingkungan tersebut?

1.3 Tujuan

A.Menjelaskan definisi kerusakan lingkungan
B.Menjelaskan faktor-faktor kerusakan lingkungan
C.Menjelaskan dampak kerusakan lingkungan
D.Menjelaskan siapa yang mendapat dampak kerusakan lingkungan
E. Agar masyarakat tau cara mengurangi kerusakan lingkungan




BAB 2


2.1 PEMBAHASAN


DEFINISI KERUSAKAN LINGKUNGAN

Kerusakan lingkungan adalah deteriosasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air,udara dan tanah.kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar.kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi  diperingatkan oleh High Level Threat Panel dari PBB. The world resources institute (WRI), UNEP (United Nations Environment  Programme), UNDP (United Nations Development Programme), dan Bank dunia telah melaporkan tentang pentingnya lingkungan dn kaitannya dengan kesehatan manusia, pada tanggal 1 mei 1998. Kerusakan lingkungan terdiri dari berbagai tipe. Ketika alam rusak dihancurkan dan sumber daya menghilang, maka lingkungan sedang mengalami kerusakan.






FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN LINGKUNGAN

   
       1. Kerusakan Lingkungan yang Disebabkan Karena Faktor Alam
\  
     Peristiwa alam merupakan faktor utaama terjadinya kerusakan lingkungan. Makhluk hidup pun tak dapat melawan peristiwa alam tersebut. Peristiwa alam yang terjadi yaitu letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir akibat pengaruh cuaca. Namun banjir dapat dikategorikan juga kedalam faktor penyebab kerusakan lingkungan yang disebabkan karena ulah manusia. Aktivitas kecil namum berakibat fatal dan sangat sering dilakukan manusia secara tidak bertanggung jawab yaitu membuang sampah sembarangan seperti di daerah aliran air, kali, sungai, dll. Membuat alirannya terhambat, mengakibatkan pencemaran air dan juga banjir.


      2. Kerusakan Lingkungan Akibat Ulah Manusia 
     
    Kurangnya kesadaran  akan kecintaan kita terhadap lingkungan dapat berdampak buruk terhadap lingkungan dan diri kita sendiri serta orang lain. Salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan akibat ulah manusia adalah banjir yang disebabkan karena membuang sampah sembarangan di sekitar daerah aliran air yang membuat alirannya terhambat dan kemudian menyebabkan banjir. Selain itu di bidang pertanian, penggundulan hutan merupakan salah satu kegiatan yang merusak ekosistem hutan, seperti ladang berpindah yang membuat tanah menjadi kurang subur dan ketika musim hujan akan terjadi pengikisan tanah. Pencemaran air, tanah. Dsb.







DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN

        Kerusakan lingkungan memberikan banyak dampak pada masyarakat atau makhluk hidup yang berada di sekitar kita diantaranya adalah
1. Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat karena banyak wabah penyakit.
     2. Muncul berbagai kerawanan sosial 
    3. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
    4. Penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan
    5. Kerusakan lingkungan yang fatal dapat menyebabkan banyak kerugian, bukan hanya harta namun juga nyawa.



Pada makalah yang kami buat ini adalah mengenai banjir yang terjadi di Terowongan DIPO, Stasiun Depok lama. Banjir tersebut terjadi akibat adanya sampah yang berserakkan disekitar jalan terowongan dan saat hujan, saluran air yang berada disana terhambat oleh banyaknya sampah dan akhirnya menyebabkan banjir. Terowongan tersebut adalah jalan akses menuju satsiun depok lama, jalan tersebut sering dilalui oleh masyarakat setempat. Namun keadaannya sangat tidak terawat.  Banjir tersebut menyebabkan jalan tersebut tidak bisa dilalui dan menghambat aktivitas kendaraan yang ingin melewati terowongan itu, sehingga banyak kendaraan yang harus berputar arah. Kurangnya kesadaran masyarakat dan rasa peduli pada lingkungan menyebabkan dampak serius bagi diri sendiri dan orang lain. Jalan yang dilalui masyarakat itu sendiri tidak lagi indah untuk dilihat, banyak coretan di dinding sekitar terowongan, lumpur-lumpur, sampah, dan bau tak sedap. Padahal di terowongan tersebut terdapat larangan untuk membuang sampah sembarangan. Namun tetap saja, pada kenyataannya masih banyak sampah disekitar terowongan tersebut. Satgas (Satuan Tugas) Kebersihan Kecamatan Pancoran Mas, sudah menggelar kegiatan rutin yaitu Jumsih (Jumat Bersih). Bahkan menurut Koordinator Satgas terowongan dipo sering kali dibersihkan namun masih banyak sekali sampah yang berserakan disebabkan warga luarpun yang memlalui jalan itu sering buang sampah di lokasi tersebut.




Berikut  Gambar yang kami ambil disekitar terowongan tersebut :




Sudah ada tanda “ Dilarang Membuang Sampah” namun masih saja sampah berserakan. Kesadaran masyarakat masyarakat yang kurang yang menyebabkan lingkungan disekitar rusak.



Lumpur sisa banjir pun menyebabkan saluran air tidakdapat berjalan dengan baik. Sehingga jika hujan turun air tidak bisa diserap dengan baik. Maka terjadilah banjir didaerah tersebut. Sehingga tidak bisa dilewati.







CARA MENANGGULANGI KERUSAKAN LINGKUNGAN:

-  Mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar akan bahaya bencana banjir.
-  Menyediakan tempat sampah, agar masyarakat tidak membuang sampah diwilayah teroeongan tersebut.
-  Membuat saluran air, agar jika hujan turun air bisa mengalir kesaluran air tersebut kesungai.
-  Mengajarkan masyarakat untuk mengolah sampah/limbah. Menerapkan 4  prinsip :
·                            Reduce, mengurangi pemakaian.
·                            Reuse, memakai ulang
·                            Recycle, mendaur ulang
·                            Replant, menanam atau menimbun sampah.








Kesimpulan

Lingkungan kita yang sekarang ini sangat memprihatinkan. Banyak ancaman serius terhadap masa depan manusia yang membuat masa depan kita semakin kelam. Manusia dapat merubah keadaan lingkungan. Kesadaran masyarakat yang rendah menjadi faktor terjadinya kerusakan lingkungan pada sekitar tempat tinggalnya. Seperti pada judul makalah ini, mengenai keadaan lingkungan Terowongan Dipo, Stasiun Depok Lama yang sudah lama ada, sudah sering di lalui masyarakat namun dijaga kebersihannya. Banyak sampah dan akan terjadi banjir ketika hujan deras yang membuat sulitnya kendaraan melakukan aktivitas untuk melalui jalan terowongan itu. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita memiliki rasa peduli akan lingkungan di sekitar kita agar lebih indah dan terjaga kebersihannya.








                              DAFTAR PUSTAKA



Selasa, 21 Oktober 2014

ILMU ALAMIAH DASAR- Definisi Filsafat, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan, Mitos, Legenda dan Cerita Rakyat beserta contohnya



1.   Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
2.     Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
3.   Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan  prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.
PERSAMAAN KETIGANYA :
  • Ketiganya mencari  rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya  sampai ke akar-akarnya. 
  • Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya . 
  • Ketiganya memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan. 
  • Ketiganya mempunyai metode dari sistem .
PERBEDAAN KETIGANYA :
Filsafat mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban, mencari prinsip-prinsip umum tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang sesuatu secara umum dan keseluruhan yang ada.
Ilmu pengetahuan cenderung kepada hal yang dipelajari dari sebuah buku panduan, ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.
Pengetahuan yang dipelajari terbatas karena hanya sekedar kemampuan yang ada dalam diri kita untuk mengetahui sesuatu hal, objek penelitian yang terbatas. Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu. Bertugas memberikan jawaban.

*       Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.



 Contoh Mitos:  
Calon pengantin perempuan dilarang keras keramas ketika dekat hari H. Kenapa? Katanya supaya tidak turun hujan deras ketika resepsi berlangsung yang bisa mengacaukan acara. Masuk akal tidak ya? keramas dan hujan? Logikanya kenapa calon pengantin perempuan dilarang membasahi rambutnya (keramas) karena kata penata rias pengantin, kalau rambut yang akan disanggul itu di keramasi maka tekstur rambut jadi halus dan lembek ini menyulitkan si penata rambut memasang sanggul. Jadi ketika hari H si calon pengantin tidak boleh keramas supaya lebih mudah disasak dan dipasang sanggul.
Seorang Ayah yang pulang kerja, ketika punya baby harus ke kamar mandi dulu untuk cuci tangan dan kaki, katanya supaya setan dari luar yang ikut di badan si Ayah tidak menakuti bayinya. Logika untuk mitos ini mudah saja tentu saja orang yang pulang kerja lewat jalan yang penuh dengan debu dan kotoran, belum lagi kalau macet dan asap kendaraan menempel di baju. Bayi yang baru lahir belum memiliki anti body yang kuat jadi rentan terkena berbagai macam penyakit. Debu dan kotoran yang menempel di baju si Ayah ialah sarang kuman dan virus, jadi harus dihilangkan dulu dengan cara cuci tangan dan kaki, lebih baik lagi kalau mandi dulu, baru timang-timang anak tersayang.

*       Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita
sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklore. Menurut Buku Sari Bahasa Indonesia, Legenda adalah cerita rakyat jaman dahulu berkaitan dengan peristiwa dan asal-usul terjadinya suatu tempat.



Contoh Legenda: -  Legenda Batu Menangis (Kalimantan)
            Dikisahkan zaman dulu ada sepasang suami-istri. Si suami bernama Awang dan si istri bernama Sari. Setelah beberapa lama menikah, akhirnya Sari mengandung. Ketika tiba waktunya melahirkan, Sari dan Awang begitu gembira. Karena, anaknya sungguh cantik.

Hal yang unik adalah proses kelahirannya. Saat bayi cantik yang dinamai Putri ini lahir, cuaca sungguh tidak bersahabat. Angin bertiup kencang, gelap, dan pertanda buruk alam lainnya. Proses kelahiran inilah kelak mempengaruhi sifat Putri yang tidak sesuai dengan harapan orangtuanya.

Ya, setelah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, perilakunya sedemikian buruk. Putri memiliki jiwa pemalas. Kerjanya setiap hari hanyalah bersolek tanpa pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Sifatnya pun manja dan kekanak-kanakan. Dimana, setiap permintaannya harus dituruti tanpa peduli keadaan kedua orang tuanya.

Suatu ketika, Putri diajak Sari ibunya berbelanja di pasar yang terletak lumayan jauh dari rumahnya. Untuk mencapainya mereka harus berjalan melewati beberapa desa. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya Putri bersolek sambil berjalan melenggak-lenggok bak bidadari. Terlebih-lebih ketika perjalanan pulang, Putri yang tidak mau membawa belanjaan membiarkan Ibu kerepotan membawa sendirian.

Hal ini Putri lakukan supaya dirinya terlihat orang-orang lebih dulu saat melewati desa. Dan betul saja, begitu melewati sebuah desa, banyak para pemuda memperhatikan dirinya. Mereka mengagumi kecantikan Putri yang tiada tara. Seorang pemuda sebut saja bernama Jafar memberanikan diri untuk bertanya kepada Putri.

“Hai, gadis cantik,” kata Jafar menyapa putri dengan ramah, “Boleh aku berkenalan denganmu?”

“Tentu saja,” sahut Putri. Dan berbincang-bincanglah mereka dengan akrab sampai akhirnya Jafar bertanya mengenai seorang perempuan renta yang bersamanya.

“Oh, bukan siapa-siapa? Ia cuma pembantuku.”

Kejadian serupa terjadi berulang-ulang setiap kali, Putri dan Ibu melewati desa. Para pemuda bertanya siapa perempuan yang bersama Putri. Dan Putri selalu menjawab dengan jawabanya yang tidak jauh berbeda, seperti “Ia budakku.” “Ia alas kakiku.”

Mendengar jawaban-jawaban seperti itu, Ibu sakit hati. Ia menggumam, “Ya, Tuhan, tega sekali anakku Putri berkata seperti itu kepada orang-orang. Apakah ia tak memikirkan perasaanku sama sekali. Sakit, Tuhan, sakit sekali hatiku mendengarnya. Aku tak tahan lagi. Berilah pelajaran kepadanya…”

Seketika, tubuh Putri membeku. Ia pun berteriak, “Ibu… Ibu… apa yang terjadi pada diriku?”

Ibu yang tidak menduga bahwa omongannya didengar oleh Tuhan, segera menghampiri Putri. Ibu juga menangis melihat keadaan Putri yang perlahan-lahan berubah menjadi batu.

“Ibu… Ibu… apa yang telah terjadi?” tanya Putri lagi.

Ibu menggeleng dan menjauh. “Tidak, Tuhan, tidak! Aku tidak menginginkan Putri menjadi batu. Aku menginginkan Engkau memberinya pelajaran, bukan dijadikan batu.”

Namun, apa hendak dibuat, nasi sudah menjadi bubur. Hukuman itu tidak dapat dihindari lagi. Perlahan-lahan tubuh putri pun berubah menjadi batu. Perubahan itu terjadi dari kaki,badan, hingga kepala. Gadis durhaka itu hanya bias menangis menyesali perbuatannya. Sebelum kepala anaknya berubah menjadi batu, sang ibu masih melihat air menetes dari kedua mata anaknya. Tidak berapa lama, cuaca pun kembali terang seperti sedia kala.. Seluruh tubuh Putri berubah menjadi batu. Batu itu kemudian mereka letakkan di pinggir jalan bersandar ke tebing. Oleh masyarakat batu itu dinamakan Batu Menangis. Batu itu masih tetap dipelihara dan dapat dilihat hingga sekarang.
*       Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.

Contoh Cerita Rakyat: - Kisah Rara Mendut (Jawa Tengah)
            Dahulu, di pesisir pantai utara Pulau Jawa, tepatnya di daerah Pati, Jawa Tengah, tersebutlah sebuah desa nelayan bernama Teluk Cikal. Desa itu termasuk ke dalam wilayah Kadipaten Pati yang  diperintah oleh Adipati Pragolo II. Kadipaten Pati sendiri merupakan salah satu wilayah taklukan dari Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung.
Di Teluk Cikal, hidup seorang gadis anak nelayan bernama Rara Mendut. Ia seorang gadis yang cantik dan rupawan. Rara Mendut juga dikenal sebagai seorang gadis yang teguh pendirian. Ia tidak sungkan-sungkan menolak para lelaki yang datang melamarnya sebab ia sudah memiliki calon suami, yakni seorang pemuda desa yang tampan bernama Pranacitra, putra Nyai Singabarong, seorang saudagar kaya-raya.  
Suatu hari, berita tentang kecantikan dan kemolekan Rara Mendut terdengar oleh Adipati Pragolo II. Penguasa Kadipaten Pati itu pun bermaksud menjadikannya sebagai selir. Sudah berkali-kali ia membujuknya, namun Rara Mendut tetap menolak. Merasa dikecewakan, Adipati Pragolo II mengutus beberapa pengawalnya untuk menculik Rara Mendut.
Hari itu, ketika Rara Mendut sedang asyik menjemur ikan di pantai seorang diri, datanglah utusan Adipati Progolo.
“Ayo gadis cantik, ikut kami ke keraton!” seru para pengawal itu sambil menarik kedua tangan Rara Mendut dengan kasar.
“Lepaskan, aku!” teriak Rara Mendut sambil meronta-ronta, “Aku tidak mau menjadi selir Adipati Pragolo. Aku sudah punya kekasih!”
Para pengawal itu tidak peduli dengan rengekan Rara Mendut. Mereka terus menyeret gadis itu naik ke kuda lalu membawanya ke keraton. Sebagai calon selir, Rara Mendut dipingit di dalam Puri Kadipaten Pati di bawah asuhan seorang dayang bernama Ni Semangka dengan dibantu oleh seorang dayang yang lebih muda bernama Genduk Duku.
Sementara Rara Mendut dalam masa pingitan, di Kadipaten Pati sedang terjadi gejolak. Sultan Agung menuding Adipati Pragolo II sebagai pemberontak karena tidak mau membayar upeti kepada Kesultanan Mataram. Sultan Agung pun memimpin langsung penyerangan ke Kadipaten Pati.
Menurut cerita, Sultan Agung tidak mampu melukai Adipati Pragolo II karena penguasa Pati itu memakai kere waja (baju zirah) yang tidak mempan senjata apapun. Melihat hal itu, abdi pemegang payung sang Sultan yang bernama Ki Nayadarma pun berkata,
“Ampun, Gusti Prabu. Perkenankanlah hamba yang menghadapi Adipati Pragolo!” pinta Ki Nayadarma seraya memberi sembah.
“Baiklah, Abdiku. Gunakanlah tombak Baru Klinting ini!” ujar sang Sultan.
Berbekal tombak pusaka Baru Klinting, Ki Nayadarma langsung menyerang Adipati Pragolo II. Namun, serangannya masih mampu ditepis oleh Adipati Pragolo II. Saat Adipati itu lengah, Ki Nayadarma dengan cepat menikamkan pusaka Baru Klinting ke bagian tubuh sang Adipati yang tidak terlindungi oleh baju zirah. Adipati Pragolo II pun tewas seketika.
Sementara itu, para prajurit yang dikomandani panglima perang Mataram, Tumenggung Wiraguna, segera merampas harta kekayaan Kadipaten Pati, termasuk Rara Mendut. Tumenggung Wiraguna langsung terpesona saat melihat kecantikan Rara Mendut. Ia pun memboyong Rara Mendut ke Mataram untuk dijadikan selirnya.
Tumenggung Wiraguna berkali-kali membujuk Rara Mendut untuk dijadikan selir, namun selalu ditolak. Bahkan, di hadapan panglima itu, ia berani terang-terangan menyatakan bahwa dirinya telah memiliki kekasih bernama Pranacitra. Sikap Rara Mendut yang keras kepala itu membuat Tumenggung Wiraguna murka.
“Baiklah, Rara Mendut. Jika kamu tidak ingin menjadi selirku, maka sebagai gantinya kamu harus membayar pajak kepada Mataram!” ancam Tumenggung Wiraguna.
Rara Mendut tidak gentar mendengar ancaman itu. Ia lebih memilih membayar pajak daripada harus menjadi selir Tumenggung Wiraguna. Oleh karena masih dalam pengawasan prajurit Mataram, Rara Mendut kemudian meminta izin untuk berdagang rokok di pasar. Tumenggung Wiraguna pun menyetujuinya. Ternyata, dagangan rokoknya laku keras, bahkan, orang juga  beramai-ramai membeli puntung rokok bekas isapan Rara Mendut.
Suatu hari, ketika sedang berjualan di pasar, Rara Mendut bertemu dengan Pranacitra yang sengaja datang mencari kekasihnya itu. Pranacitra berusaha mencari jalan untuk bisa melarikan Rara Mendut dari Mataram.
Setiba di istana, Rara Mendut menceritakan perihal pertemuannya dengan Pranacitra kepada Putri Arumardi, salah seorang selir Wiraguna, dengan harapan dapat membantunya keluar dari istana. Rara Mendut tahu persis bahwa Putri Arumardi tidak setuju jika Wiraguna menambah selir lagi.
Putri Arumardi dan selir Wiraguna lainnya yang bernama Nyai Ajeng menyusun siasat untuk mengeluarkan Rara Mendut ke luar dari istana. Bersama dengan Pranacitra, Rara Mendut berusaha untuk kembali ke kampung halamannya di Kadipaten Pati.
Namun sungguh disayangkan, pelarian Rara Mendut dan Pranacitra diketahui oleh Wiraguna. Pasangan ini akhirnya berhasil ditemukan oleh para prajurit Wiraguna. Rara Mendut pun dibawa kembali ke Mataram, sedangkan secara diam-diam, Wiraguna memerintahkan abdi kepercayaannya untuk menghabisi nyawa Pranacitra. Alhasil, kekasih Rara Mendut itu tewas dan dikuburkan di sebuah hutan terpencil di Ceporan, Desa Gandhu, terletak kurang lebih 9 kilometer sebelah timur Kota Yogyakarta.
Sepeninggal Pranacitra, Tumenggung Wiraguna kembali membujuk Rara Mendut agar mau menjadi selirnya. Namun, usahanya tetap sia-sia, gadis cantik itu tetap menolak. Sang Panglima pun tidak kehabisan akal. Ia kemudian menceritakan perihal kematian Pranacitra kepada Rara Mendut.
“Sudahlah, Rara Mendut. Percuma saja kamu menikah dengan Pranacitra,” ujar Tumenggung Wiraguna.
“Apa maksud, Tuan?” tanya Rara Mendut mulai cemas.
“Pemuda yang kamu kasihi itu sudah tidak ada lagi,” jawab Tumenggung Wiraguna.
“Kanda Pranacitra sudah tidak ada? Ah, itu tidak mungkin terjadi. Aku baru saja bertemu dengannya kemarin,” kata Rara Mendut tidak percaya.
“Jika kamu tidak percaya, ikutlah bersamaku, akan kutunjukkan kuburnya,” ujar Tumenggung Wiraguna.
Rara Mendut pun menurut untuk membuktikan perkataan Tumenggung Wiraguna. Betapa terkejutnya Rara Mendut begitu sampai di tempat Pranacitra dikuburkan. Ia berteriak histeris di hadapan makam kekasihnya.
“Kanda, jangan tinggalkan Dinda!” tangis Rara Mendut.
“Sudahlah, Mendut! Tak ada lagi gunanya meratapi orang yang sudah mati,” ujar Wiraguna, “Ayo, kita tinggalkan tempat ini!”
Rara Mendut pun bangkit lalu mengikuti Tumenggung Wiraguna sambil terus menangis. Belum jauh mereka meninggalkan tempat pemakaman itu, Rara Mendut pun murka dan mengancam akan melaporkan perbuatan Wiraguna kepada Raja Mataram, Sultan Agung.
“Tuan jahat sekali. Perbuatan Tuan akan kulaporkan kepada Raja Mataram agar mendapat hukuman yang setimpal!” ancam Rara Mendut.
Seketika, Tumenggung Wiraguna menjadi sangat marah. Ia kemudian menarik tangan Rara Mendut untuk dibawa pulang ke rumahnya. Namun, gadis itu menolak dan meronta-ronta untuk melepaskan diri. Begitu tangannya terlepas, ia menarik keris milik Tumenggung Wiraguna yang terselip di pinggangnya. Rara Mendut kemudian berlari menuju makam kekasihnya. Panglima itu pun berusaha mengejarnya.
“Berhenti, Mendut!” teriaknya.
Setiba di makam Pranacitra, Rara Mendut bermaksud untuk bunuh diri. 
“Jangan, Mendut! Jangan lakukan itu!” teriak Tumenggung Wiraguna yang baru saja sampai.
Namun, semuanya sudah terlambat. Rara Mendut telah menikam perutnya dengan keris yang dibawanya. Tubuhnya pun langsung roboh dan tewas di samping makam kekasihnya. Melihat peristiwa itu, Tumenggung Wiraguna merasa amat menyesal atas perbuatannya.
“Oh, Tuhan. Sekiranya aku tidak memaksanya menjadi selirku, tentu Rara Mendut tidak akan nekad bunuh diri,” sesal Tumenggung Wiraguna. Penyesalan itu tak ada gunanya karena semuanya sudah terjadi. Untuk menebus kesalahannya, Tumenggung Wiraguna menguburkan Rara Mendut satu liang dengan Pranacitra. Begitulah kisah perjuangan Rara Mendut dalam mempertahankan harga diri dan kesetiaannya.


Daftar Pustaka:                        
Aly, A dan Rahma, E., 2006, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Bumi Aksara
Fahmi, N., 2010 Ilmu Alamih Dasar, Universitas islam Kalimantan, Banjarmasin.